Perkembangan Fisik Peserta Didik

 


    Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis (biological growth)  merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu, yang meliputi meliputi  perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, hormon, dll), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), disertai perubahan dalam kemampuan fisik  (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya). Menurut Pali, dkk (2017:17) perkembangan dan pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.  Kuhlen dan Thomphson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik  individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi  perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan  kekuatan dan kemampuan motorik; (3) Kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya  pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif  dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri dari lawan jenis; dan (4) Struktur  fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.

Perkembangan fisik peserta didik juga mengalami beberapa tahapan, diantaranya yaitu :

1.      Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak 0-5tahun

Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakangerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.

2.      Perkembangan fisik pada masa anak usia 5-11tahun

Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot-otot kecil, kesehatan umum relatif tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.

3.      Perkembangan fisik pada masa anak Usia 8-9tahun

Terjadi perbaikan koordinasi tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi mata dan tangan lebih baik, sistim peredaran darah masih belum kuat, koordinasiototdan syaraf masih kurang baik. Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki.

4.      Perkembangan fisik pada masa anak Usia 10-11tahun

Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita, kenaikan tekanan darah dan metabolisme yang tajam. Wanita mulai mengalami kematangan seksual (12 tahun). Lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual.

5.      Perkembangan fisik pada masa remaja

 Pada masa remaja perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada perkembangan, kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis, mimpi basah, dan lainnya), timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masapubertas).

6.      Perkembangan fisik pada masadewasa

Kemampuan fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjadi sangat bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik kemampuan  fisiknya dan gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang proposional memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan mecapai titik maksimal. Pada masa ini pertumbuhan fisik mulai terhenti sehingga hasil dari pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik.

Selain itu, juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak antara lain:

1)  Faktor keturunan; dapat menyebabkan anak menjadi gemuk daripada anak lainnya. Perbedaan ras suku bangsa (orang Amerika, Eropa, danAustralia cenderung lebih tinggi dari pada orang Asia).

2) Faktor lingkungan; dapat membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan anak tersebut. Lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada tinggi tubuh.

3) Jenis kelamin; anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia 12-15 tahun.

4) Gizi dan kesehatan; anak yang memperoleh gizi cukup biasanya lebih tinggi tubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber dibandingkan dengan anak yang bergizi kurang. Anak yang sehat dan jarang sakit biasanya mempunyai tubuh sehat dan lebih berat dibanding dengan anak yang sering sakit.

 5) Status sosial dan ekonomi; fisik anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan keluarga ekonomi cukup atau tinggi. Keadaan status ekonomi mempengaruhi peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan anak.

6) Gangguan emosional; anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin yang berlebihan. Hal ini menyebabkan berkurangnya hormon pertumbuhan pada kelenjar pituitary, akibatnya anak mengalami keterlambatan perkembangan memasuki masa puber. Bagi anak usia SD atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama oleh teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya mempunyai makna penting. Apabila ukuran-ukuran dan proporsi tubuh anak berbeda jauh dengan teman sebayanya anak akan merasa kelainan, tidak mampu dan rendah diri.

Permasalahan fisik pada anak berkaitan dengan sistem koordinasi dan pancaindra anak. Anak yang mengalami gangguan pada pancaindra, sistem koordinasi gerak, atau mengalami hambatan dalam perkembangan fisik motorik dapat dikatakan  mengalami masalah secara fisik. Beberapa permasalahan fisik pada anak antara lain :

a.      Masalah Motorik

Masalah motorik terbagi menjadi dua bagian yakni motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan tubuh secara harmonis seperti contohnya berlari, dan mempengaruhi perkembangan motorik halus. Motorik halus sendiri dapat diartikan sebagai keterampilan dalam mengkoordinasikan otot-otot halus seperti menggunting, mewarnai,  meronce, menggambar, dan lain sebagainya. Permasalahan yang sering muncul pada anak adalah belum sempurnanya koordinasi sistem  gerak sehingga anak belum mampu mengontrol motorik kasarnya. Kemampuan anak menguasai  keterampilan motorik kasar dan halus dibutuhkan anak untuk persiapan menulis, menggunting,  menari, mewarnai dan sebagainya.

b.      Masalah Penglihatan

Indra penglihatan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak, apabila indra penglihatan mengalami gangguan maka perkembangan anak akan terhambat. Melalui indra penglihatan anak dapat membedakan warna dan bentuk yang akan menunjang perkembangan kognitifnya. Permasalahan yang ditimbulkan dari gangguan penglihatan juga menyebabkan gangguan  ingatan. Gangguan ingatan tersebut antara lain a) Tidak mampu menyebutkan benda tanpa ada  bendanya b) Tidak mampu menguraikan benda-benda yang dilihat dari beberapa aspek, misalnya  bentuk, warna, fungsi dan sebagainya. c) Tidak mampu mencari bagian yang hilang dari suatu bentuk atau gambar. d) Tidak mampu mengurutkan kembali satu seri gambar yang diacak.

c.      Masalah Pendengaran

 Gangguan pendengaran pada anak bukan berarti anak mengalami tuli, akan tetapi anak  mengalami kesulitan dalam membedakan suatu bunyi atau suara. Sebagian besar orangtua menganggap masalah pendengaran adalah masalah yang sepele, sehingga masalah yang awalnya  kecil justru menjadi gangguan yang sulit disembuhkan.

d.      Masalah Berbahasa 

Masalah berbahasa dan berbicara pada anak diawali dari ketidakmampuan mendengar dan  memahami bahasa lisan yang diucapkan orang-orang disekelilingnya. Selain itu budaya yang masih  menjamur dikalangan orangtua adalah seringnya orang tua tidak memberi kesempatan kepada anak untuk mengutarakan isi hatinya, sehingga secara tidak langsung hal tersebut menghambat perkembangan bahasa anak. Masalah lain yang terkait dengan gangguan berbahasa adalah  berbicara tidak jelas dan gagap.

Dengan memahami karakteristik perkembangan fisik dan psikomotorik peserta didik, maka guru harus mampu mengkondisikan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik fisik dan psikomotorik peserta didik dengan cara:

a.      Guru lebih memahami dan menghargai perbedaan individual anak, khususnya  karakteristik fisik. Misalnya anak yang tinggi dan pendek, gemuk dan kurus, dll  semua harus mendapat tempat yang benar di dalam hati guru dan mendapat perlakuan yang sama.

b.      Orang tua dan peserta didik harus selalu diingatkan tentang pentingnya makanan bergizi untuk pertumbuhan fisik peserta didik, khususnya makanan empat sehat lima sempurna. Bukan makanan yang dibeli siap saji.

c.      Media pembelajaran yang digunakan harus bervariasi dan yang bisa secaralangsung menstimulasi fisik dan psikomotorik anak, misalnya media empat dimensi

d.      Guru harusnya lebih banyak memberikan stimulasi supaya mempercepat kematangan perkembangan psikomotorik peserta didik, misalnya pemberian layanan pengajaran dan bimbingan.

e.      Guru mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan  pertumbuhan. Misalnya untuk tumbuh menjadi lebih dewasa, anak remaja harus aktif mencari lingkungan dan pengalaman yang sesuai dengan kemampuan naturalnya, dan guru mengambil posisi kunci untuk menolong mereka menggunakan dan mengembangkan bakat-bakat mereka.

f.       Lingkungan pendidikan harus menyediakan ruang untuk bermain bagi peserta didik. Dengan bermain, mereka mempelajari segala hal dan yang terpenting mampu melatih fisik dan psikomotorik mereka. Hal itu juga bisa meminimalisir  intensitas mereka dalam memainkan games yang terdapat di gawai yang justru  berbahaya bagi perkembangan fisik dan psikomotorik mereka.

Postingan populer dari blog ini