Perkembangan Fisik Peserta Didik
Perkembangan fisik
peserta didik juga mengalami beberapa tahapan, diantaranya yaitu :
1.
Perkembangan
fisik pada masa kanak-kanak 0-5tahun
Perkembangan
kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu melakukan
bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakangerakan berjalan,
berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, yang
berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar sebagai akibat pertumbuhan
jaringan otot lebih besar. Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan
panjang kaki dan tangan secara proporsional. Perkembagan fisik pada masa anak
juga ditandai dengan koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.
2.
Perkembangan
fisik pada masa anak usia 5-11tahun
Perkembangan waktu reaksi lebih
lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik,
masih belum mengembangkan otot-otot kecil, kesehatan umum relatif tidak stabil
dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.
3.
Perkembangan
fisik pada masa anak Usia 8-9tahun
Terjadi perbaikan koordinasi tubuh,
ketahanan tubuh bertambah, anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak
fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi mata dan tangan lebih baik,
sistim peredaran darah masih belum kuat, koordinasiototdan syaraf masih kurang
baik. Dari segi psiologi anak wanita lebih maju satu tahun dari lelaki.
4.
Perkembangan
fisik pada masa anak Usia 10-11tahun
Kekuatan anak laki laki lebih kuat
dari wanita, kenaikan tekanan darah dan metabolisme yang tajam. Wanita mulai
mengalami kematangan seksual (12 tahun). Lelaki hanya 5% yang mencapai
kematangan seksual.
5.
Perkembangan
fisik pada masa remaja
Pada masa remaja perkembangan fisik yang
paling menonjol terdapat pada perkembangan, kekuatan, ketahanan, dan organ
seksual. Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja ditandai dengan
pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual
primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat kelamin) maupun tanda-tanda seksual
sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis, mimpi basah, dan lainnya), timbulnya
hasrat seksual yang tinggi (masapubertas).
6.
Perkembangan
fisik pada masadewasa
Kemampuan fisik pada masa dewasa
pada setiap individu menjadi sangat bervariasi seiring dengan pertumbuhan
fisik. Laki-laki cenderung lebih baik kemampuan
fisiknya dan gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang
proposional memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa pertumbuhan
mecapai titik maksimal. Pada masa ini pertumbuhan fisik mulai terhenti sehingga
hasil dari pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik.
Selain itu, juga
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak antara lain:
1)
Faktor keturunan; dapat menyebabkan anak
menjadi gemuk daripada anak lainnya. Perbedaan ras suku bangsa (orang Amerika,
Eropa, danAustralia cenderung lebih tinggi dari pada orang Asia).
2)
Faktor lingkungan; dapat membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan
potensi keturunan anak tersebut. Lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap
berat tubuh daripada tinggi tubuh.
3)
Jenis kelamin; anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat
dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia 12-15 tahun.
4)
Gizi dan kesehatan; anak yang memperoleh gizi cukup biasanya lebih tinggi
tubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber dibandingkan dengan anak
yang bergizi kurang. Anak yang sehat dan jarang sakit biasanya mempunyai tubuh
sehat dan lebih berat dibanding dengan anak yang sering sakit.
5) Status sosial dan ekonomi; fisik anak dari
kelompok ekonomi rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan keluarga
ekonomi cukup atau tinggi. Keadaan status ekonomi mempengaruhi peran keluarga
dalam memberi makan, gizi dan pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan
yang dilakukan anak.
6)
Gangguan emosional; anak yang sering mengalami gangguan emosional akan
menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin yang berlebihan. Hal ini menyebabkan
berkurangnya hormon pertumbuhan pada kelenjar pituitary, akibatnya anak
mengalami keterlambatan perkembangan memasuki masa puber. Bagi anak usia SD
atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama oleh teman-teman
sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya mempunyai makna penting.
Apabila ukuran-ukuran dan proporsi tubuh anak berbeda jauh dengan teman
sebayanya anak akan merasa kelainan, tidak mampu dan rendah diri.
Permasalahan fisik pada
anak berkaitan dengan sistem koordinasi dan pancaindra anak. Anak yang
mengalami gangguan pada pancaindra, sistem koordinasi gerak, atau mengalami
hambatan dalam perkembangan fisik motorik dapat dikatakan mengalami masalah secara fisik. Beberapa
permasalahan fisik pada anak antara lain :
a.
Masalah
Motorik
Masalah motorik terbagi menjadi dua
bagian yakni motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan
keterampilan menggerakkan tubuh secara harmonis seperti contohnya berlari, dan
mempengaruhi perkembangan motorik halus. Motorik halus sendiri dapat diartikan sebagai
keterampilan dalam mengkoordinasikan otot-otot halus seperti menggunting,
mewarnai, meronce, menggambar, dan lain
sebagainya. Permasalahan yang sering muncul pada anak adalah belum sempurnanya
koordinasi sistem gerak sehingga anak
belum mampu mengontrol motorik kasarnya. Kemampuan anak menguasai keterampilan motorik kasar dan halus
dibutuhkan anak untuk persiapan menulis, menggunting, menari, mewarnai dan sebagainya.
b.
Masalah
Penglihatan
Indra penglihatan berpengaruh besar
terhadap perkembangan anak, apabila indra penglihatan mengalami gangguan maka
perkembangan anak akan terhambat. Melalui indra penglihatan anak dapat
membedakan warna dan bentuk yang akan menunjang perkembangan kognitifnya. Permasalahan
yang ditimbulkan dari gangguan penglihatan juga menyebabkan gangguan ingatan. Gangguan ingatan tersebut antara
lain a) Tidak mampu menyebutkan benda tanpa ada
bendanya b) Tidak mampu menguraikan benda-benda yang dilihat dari
beberapa aspek, misalnya bentuk, warna,
fungsi dan sebagainya. c) Tidak mampu mencari bagian yang hilang dari suatu bentuk
atau gambar. d) Tidak mampu mengurutkan kembali satu seri gambar yang diacak.
c.
Masalah
Pendengaran
Gangguan pendengaran pada anak bukan berarti
anak mengalami tuli, akan tetapi anak mengalami
kesulitan dalam membedakan suatu bunyi atau suara. Sebagian besar orangtua menganggap
masalah pendengaran adalah masalah yang sepele, sehingga masalah yang
awalnya kecil justru menjadi gangguan
yang sulit disembuhkan.
d.
Masalah
Berbahasa
Masalah berbahasa dan berbicara
pada anak diawali dari ketidakmampuan mendengar dan memahami bahasa lisan yang diucapkan
orang-orang disekelilingnya. Selain itu budaya yang masih menjamur dikalangan orangtua adalah seringnya
orang tua tidak memberi kesempatan kepada anak untuk mengutarakan isi hatinya,
sehingga secara tidak langsung hal tersebut menghambat perkembangan bahasa
anak. Masalah lain yang terkait dengan gangguan berbahasa adalah berbicara tidak jelas dan gagap.
Dengan memahami
karakteristik perkembangan fisik dan psikomotorik peserta didik, maka guru
harus mampu mengkondisikan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik
fisik dan psikomotorik peserta didik dengan cara:
a.
Guru
lebih memahami dan menghargai perbedaan individual anak, khususnya karakteristik fisik. Misalnya anak yang
tinggi dan pendek, gemuk dan kurus, dll semua
harus mendapat tempat yang benar di dalam hati guru dan mendapat perlakuan yang
sama.
b.
Orang
tua dan peserta didik harus selalu diingatkan tentang pentingnya makanan bergizi
untuk pertumbuhan fisik peserta didik, khususnya makanan empat sehat lima
sempurna. Bukan makanan yang dibeli siap saji.
c.
Media
pembelajaran yang digunakan harus bervariasi dan yang bisa secaralangsung
menstimulasi fisik dan psikomotorik anak, misalnya media empat dimensi
d.
Guru
harusnya lebih banyak memberikan stimulasi supaya mempercepat kematangan
perkembangan psikomotorik peserta didik, misalnya pemberian layanan pengajaran
dan bimbingan.
e.
Guru
mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan. Misalnya untuk tumbuh menjadi
lebih dewasa, anak remaja harus aktif mencari lingkungan dan pengalaman yang
sesuai dengan kemampuan naturalnya, dan guru mengambil posisi kunci untuk
menolong mereka menggunakan dan mengembangkan bakat-bakat mereka.
f.
Lingkungan
pendidikan harus menyediakan ruang untuk bermain bagi peserta didik. Dengan
bermain, mereka mempelajari segala hal dan yang terpenting mampu melatih fisik
dan psikomotorik mereka. Hal itu juga bisa meminimalisir intensitas mereka dalam memainkan games yang
terdapat di gawai yang justru berbahaya
bagi perkembangan fisik dan psikomotorik mereka.