PERBEDAAN-PERBEDAAN INDIVIDUALIS
DALAM DIRI PESERTA DIDIK
Kata individu berasal dari bahasa latin, “individuum” yang berarti tak terbagi.Sedangkan menurut KBBI, individu yaitu seseorang atau satu pribadi (beda dari yang lain). Para ahli seperti A.Laysen juga berpendapat tentang arti individu, menurutnya kata individu itu bukan berarti manusia sebagia keseluruhan yang tidak dapat dibagi.Melainkan sebagi kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perorangan.Ahli lain seperti Sujatmiko Eko juga berpendapat, dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.Dari beberapa penjelasan tentang individu diatas, dapat disimpulkan bahwa individu yaitu satu organisme tunggal hidupnya berdiri sendiri dan secara fisiologis ia bersifat bebas.
Setiap individu memiliki perbedaaan dengan individu lainnya, baik itu ciri fisiknya ataupun kepribadian/karakteristiknya.Semua itu didapatkan sejak individu dilahirkan dan dipengaruhi oleh lingkungan alam serta sosial tempat individu tinggal.Perbedaan individu juga bisa dipengaruhi oleh faktor biologis atau dari dalam individu itu sendiri.Karakteristik yang berhubungan dengan faktor biologis ini biasanya lebih bersifat tetap.Faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang yaitu faktor orang tua/keluarga.Penerapan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan anak saat bertingkah laku di lingkungannya.Menurut Chaplin (1995:244) dijelaskan bahwa perbedaan individu adalah sebarang sifat atau perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang bisa membedakan satu individu dengan individu lainnya.Sedangkan menurut Gerry (1963) dalam buku perkembangan peserta didik karya Sunarto dan B.Agung Hartono mengkategorikan perbedaan individual sebagai berikut:
1. Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar (skema).
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah dalam mencapai pengetahuan baru.
Dalam al-qur’an juga dijelaskan bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah SWT berbeda beda, baik itu jenis kelamin, suku, bangsa,hingga warna kulit agar mereka saling mengenal dan tolong menolong.Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT :
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu”. (QS.Al-Hujurat 49:13).
Perbedaan individu itu bisa dilihat dari beberapa hal, seperti perbedaan dari segi kecerdasan (Intelegensi), tempramen, jenis kelamin,cara belajar, serta tipe kepribadian.Dalam segi tempramen, penggolongan tempramen menurut Galen terbagi atas empat, yaitu : 1) Orang sanguinis diandaikan mendapat cukup pasokan darah, sehingga ia menjadi seorang yang ceria, gampang bergerak, dan lincah.2) Orang kolerik diibaratkan memiliki cairan empedu kuning yang berlebihan, sehingga ia menjadi keras kepala serta mudah marah.3) Orang melankolik, disebut memiliki empedu hitam didalam tubuhnya.Inilah yang diduga menjadikan ia cenderung pemurung dan depresif.4) Yang terakhir yaitu orang flekmatik, ia dominasinya pada flagma (lendir) dan akibatnya ia menjadi seseorang yang ramah, tidak mudah tersulut emosi, dan lambat.
Perbedaan individu juga dapat dilihat dalam proses pembelajaran.Dalam segi ini, objek yang dituju yaitu perbedaaan dari seorang siswa dalam konteks pembelajaran.Dalam proses belajar, tentunya siswa satu dengan lainnya pasti berbeda, baik itu fisik ataupun psikisnya.Misalnya dalam satu kelas pasti terdapat siswa yang aktif, biasa saja, ataupun yang cukup sulit untuk diatur.Oleh karena itu, seorang guru tentunya harus bisa mengatasi perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh anak muridnya.Guru harus bisa menentukan bagaimana perlakuan kepada peserta didik dengan cara memperhatikannya selama proses pembelajaran berlangsung.Guru juga tidak hanya memberikan perlakuan umum kepada semua siswa, namun juga harus memberikan perlakuan-perlakuan khusus kepada siswa secara individualis.Terutama kepada siswa, baik itu gaya belajarnya ataupun psikisnya yang berbeda dengan siswa pada umumnya.
Membahas mengenai gaya belajar, seorang guru harus mengenal apa saja gaya-gaya belajar, Sehingga guru bisa lebih mudah untuk menyusun strategi terbaik untuk diterapkan saat pembelajaran.Menurut Mislinawati (2019), mengetahui dan memahami dengan baik kemampuan awal peserta didik dalam proses pembelajaran memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas proses dan strategi pembelajaran yang selanjutnya akan memudahkan guru memahami proses internalisasi yang berlangsung dalam diri siswa ketika ia belajar. Sebagaimana dikutip dari artikel Guru Inovativ (2023), Terdapat tiga gaya belajar dalam pembelajaran secara umum, seperti :
1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang lebih mengandalkan indra penglihatan sebagai media utama dalam menerima informasi.Dalam hal ini, guru bisa memberikan metode pembelajaran berupa presentasi multimedia, poster, video, peta konsep, atau mengajak siswa untuk melihat objek nyata agar siswa lebih paham dengan materi yang diberikan.
2. Gaya Belajar Auditori
Untuk gaya belajar audiotory ini lebih cenderung mudah menerima sebuah informasi dengan menggunakan indra pendengaran (audio).Guru bisa menggunakan metode pengajaran berupa diskusi kelompok, dapat, ceramah, atau memanfaatkan audi dalam presentasi.Namun,tantangan dari penggunaan gaya belajar audiotori ini, siswa cenderung lebih mudah cepat bosan sehingga materi yang diberikan tidak tersampaikan dengan baik.
3. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik lebih mengarah kepada kemampuan seseorang memahami konsep melalui aktivitas fisik dan gerakan.Orang dengan gaya belajar ini pada umumnya mudah bergaul dan bersosialisasi kepada semua orang.Untuk memanfaatkan gaya belajar ini, guru bisa memberikan pengajaran kepada siswa berupa metode pembelajaran praktikum, eksperimen, atau aktivitas hands-on.
Richard Bandler, Jhon Grinder, dan Michael Grinder dalam buku mereka yang berjudul “Reframing neuro-linguistic programming and the transformation of meaning” (1982) menyampaikan argumentasi kuat bahwa manusia memiliki gaya belajar yang dominan yaitu melalui : visual, auditory, dan kinestetik.Grinder (1982) dalam, siberman, melvin L (2014) juga menemukan bahwa setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori, dan kinestetik.
Sebagai seorang guru,harus bisa menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif agar pembelajaran yang disampaikan tersampaikan kepada siswa dengan baik.Peran guru untuk memahami perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap siswa bisa dilakukan dengan membangkitkan minat yang kuat dari siswa, dengan memberikan sebuah rangsangan pada siswa ataupun menerapkan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa.Guru tidak boleh membentuk karakter siswa sesuai dengan yang kita kehendaki,namun guru hanya boleh membantu membimbing siswa untuk membentuk karakter mereka masing-masing secara mandiri dengan sebaik mungkin.